Thank you!

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type ...

Minimal Design

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type ...

Download high quality wordpress themes at top-wordpress.net

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type ...

Easy to use theme’s admin panel

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type ...

Prev Next

SEANDAINYA SASTRA ITU BUKAN APA

OLEH : SRI SURYANA DINAR

Pembuka

Di Buton (mungkin juga di daerah lain), ada kisah tentang Wandiu-diu. Satu cerita tentang seorang ibu yang – setelah dianiaya sang suami – kemudian menjelma ikan duyun dan dirindui anak-anaknya. Tidak cukup hadir sebagi cerita, para orang tua pun berinisiatif membuat syair tentang kisah ini. Syair itu kemudian dinyanyikan secara turun temurun dan diamini sebagai kepiluan yang dalam dari duka seorang anak yang ditinggalkan.
Kisah di atas adalah satu lakon hidup yang dramatik. Sebuah drama yang lebih dari sekedar masalah rumah tangga. Tidak penting untuk mencari sumber dan mempertanyakan kebenaran tentang cerita tadi, namun yang paling utama adalah bagaimana cerita ini begitu membenam dalam batin generasi Buton sejak dulu. Sebuah strategi pembelajaran yang sukses di masyarakat dan dapat dijadikan referensi untuk kita saat ini.

Apresiasi Sastra

Inti pembelajaran sastra adalah apresiasi. Masalah apresiasi sastra banyak dilakukan orang untuk memahami atau menghargai karya sastra. Apresiasi sastra sesungguhnya tidak bekerja dengan rumus-rumus, pola-pola kaidah dan perangkat hukum yang ketat. Tanpa perangkat itu apresiasi sastra dapat bekerja.. Meskipun demikian perlu disadari dan diakui bahwa rumus, pola-pola dan kaidah serta perangkat hukum dapat membantu dalam apresiasi apresiasi sastra. Tentu saja hal ini bersifat sekunder. Mengapa? Sifat primer dalam apresiasi sastra mencakup kesiapan dan keterbukaan kalbu, keadaan cita rasa, kualitas emosi, nurani, ketulusan jiwa, daya, dan ketajaman budi.
Dengan mengapresiasi sastra niscaya seseorang mampu mendedah berempati terhadap fenomena sastra. Selanjutnya, dalam diri manusia akan tumbuh dan berkembang kepedulian, kepekaan ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra. Demikian pula karya sastra akan dapat tumbuh dan berkembang dan terpelihara dengan baik Di sinilah terjadi hubungan dialektis antara karya sastra dan manusia selaku pengapresiasi sastra.
Kita sama menyadari bahwa salah satu tujuan kehadiran sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca adalah berupaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk berbudaya, berpikir dan berketuhanan. Karya sastra selalu mengungkapkan hal-hal yang dipikirkan pengarang sebagai refleksi pengarang atas realita kehidupan yang dilihat, dibaca, didengar, atau dialami.Konsep apresiasi sastra inilah yang dapat dikembangkan untuk diterapkan pada pengajaran sastra di sekolah.

Belajar dari Cerita
Belajar melalui cerita dianggap berhasil oleh orang tua-tua terdahulu. Itulah yang menyebabkan kenapa sastra lisan begitu kuat pengaruhnya dalam hidup masyarakat. Cerita (yang dilisankan) memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh kekuatan tulisan. Betapapun detailnya sebuah tulisan dirunutkan namun ia tidak sedetail cerita. Mungkin ini pula yang menyebabkan Socrates menghendaki proses belajar yang menitikberatkan pada dialog interpersonal. Menurutnya dialog interpersonal itu yang hanya dapat dicapai melalui tradisi lisan. Ruang itulah yang dituntutnya. Sebab bagi Sokrates dialog interpersonal adalah penyambung rasa kemanusiaan.

Lantas bagaimana mentransformasikan pengalaman dari cerita di atas ke dalam pembelajaran sastra saat ini? Guru yang kreatif akan tahu apa yang harus dilakukan dalam menanggapi keragaman siswa dari berbagai karakter dan pemikiran.

Penutup

Kisah Wandiu-diu adalah fiksi. Karena ia fiksi, maka karya sastra adalah karya imajiner. Oleh karena itu, tidak salah pula jika orang beranggapan bahwa bergelut di dunia sastra tidak lain bergelut di dunia khayalan. Namun, tidak dapat dibenarkan jika orang beranggapan bahwa karya sastra tidak berguna bagi kehidupan manusia. Manusia tidak bisa hidup secara sempurna jika tidak berkhayal atau berimajinasi. Justru adanya daya khayal atau imajinasi inilah menyebabkan manusia berjuang untuk mempertahankan hidup dan memperbaiki kehidupannya.

Manusia memiliki idealisme untuk berjuang mencapai kesempurnaan, karena adanya tegangan antara yang ada dan yang tiada. Segala sesuatu yang ada di dunia ini sebenarnya maya sebagai bayangan dari sesungguhnya. Karya sastralah yang mampu menjebatani tegangan antara yang ada dengan yang tiada itu. Kematian daya khayal dengan penjejalan teknologi siap pakai akan mendorong kematian daya kreasi manusia.. Segala keenakan yang tinggal menikmatinya bisa meninabobokan di dalam kelelapan menuju kematian daya kreativitas ke dalam dunia nyata sesungguhnya. Penghasil teknologi bekerja keras yang didahului oleh imajinasi. Konsumen teknologi adalah penikmat yang lelap dan terlelapkan daya kreasinya. Setiap karya sastra ditulis oleh seorang manusia pada suatu masa dalam sejarah di suatu tempat di dunia ini juga. Sastra lahir dalam kekinian dan kedisnian yang kongkret. Sastra bukanlah produk dari dirinya sendiri, tetapi merupakan produk sejarah. Sastra bukanlah semata-mata merefleksikan apa yang ada dalam masyarakat. Akan tetapi lebih dari itu, sastra adalah institusi sosial yang merupakan bagian integral dari suatu masyarakat, seperti halnya institusi-institusi sosial lainnya. Demikianlah karya sastra Indonesia merupakan bagian integral dari masyarakat Indonesia.
Inti tulisan ini adalah sebuah penegasan bahwa sastra menjelaskan tentang sikap pendidikan. Ia menawarkan beragam jalan menuju sikap kemanusiaan. Mari kita belajar dari hal-hal yang selama ini kita anggap kecil.

One Response so far.

  1. Unknown says:

    salam kenal, Aku sangat tertarik dengan kisah wandiudiu, tapi aku belum thu jelas kisah lengkapnya..... kalau bisa tolong di posting kisah lengkapnya . . . . . terima kasih

    dari
    DIDIN ADRI

Leave a Reply